Maret 18, 2009

From A 2 Z Lost Information about: ROCK-ROCKER is No Style but CARACTER

From A 2 Z Lost Information about:

ROCK-ROCKER is No Style but CARACTER

Pernah gue denger di salah satu stasiun TV, ada seorang musisi yang bilang ;

"Kurang apanya lagi sih dari musik dan gaya-gaya personil band gue? Kurang gimana gemuruhnya sih aransemen dan lagu yang gue bikin?, tapi kayaknya masyarakat kita (Indonesia) meragukan ngerocknya band gue!"

Gue Cuma berfikir kalo dia + bandnya cuma sekedar memainkan lagu yang dibikin dengan gaya Rock, dari penampilan dan "something" yang gak bisa dilihat mata dan didengar pake kuping, gak ada sama sekali karakternya sebagai Rocker (Band Rock).


Lain lagi cerita tentang seorang penyanyi (Almarhum) (yang gak mau dibilang Rocker, tapi sudah terlanjur dicap sebagai Rocker oleh masyarakat), walaupun dia bawain lagu dangdut, keroncong, malah pernah bawain lagu seriosa + dengan cara dan gaya penyanyi seriosa, tetap saja dibilang Rocker, malah dianggap sebagai Simbol Icon Rock Indonesia.

Terus dalam kehidupan kesehariannya Diapun sudah berubah total dari gaya Rocker ke gaya Kyai/Ustadz . tapi tetep aja "sesuatu yang gak bisa dilihat pake mata dan didengar pake kuping" (gue istilahin sendiri yaitu "Rock Spirit") tampil begitu jelas pada sosoknya .

Jadi saran gue buat musisi-musisi bumi tanah pertiwi, gak perlu ngaku-ngaku/mengklaim status musik maupun gaya personilnya dengan gaya-gaya tertentu (mis: Rock), cukup berkaryalah sesuai dengan keinginan dan mengalirnya kegelisahan hati nurani sendiri. Biarkan masyarakatlah yang menilai dan memberi penghargaan terhadap karya-karya anda.

Para Rocker-Rocker Sejati banyak yang bilang: "Jadi Rocker bukan pilihan atau keinginan, melainkan jati diri yang tumbuh dengan sendirinya seiring dengan tempaan kehidupan dan berjalannya sang waktu.

Dalam buku biografinya Ozzy Osborne, dia bosan dan benci dengan segala pertanyaan dan komentar-komentar mengenai dirinya sewaktu masih liar / brutal dalam dunia musik rock. Sekarang malah dia lebih suka menjadi seorang ayah / suami dari anak-anak dan istrinya, dan dia lebih mementingkan keluarganya.

Begitupula dengan Mick Dower Jagger, dibalik liarnya tingkah dia, ternyata dia seorang ayah yang overprotective dan disiplin terhadap anak-anaknya.

Dari contoh-contoh yang gue sodorin, jadilah rocker yang lebih mengutamakan kualitas musiknya daripada gaya atau sensasinya. Tanpa anting-anting, Tatto dan berbagai aksesoris lainnya yang cenderung serem, kalau memang rock spirit dan kualitas musiknya OK, Gue rasa gak perlu lagi kita ngaku-ngaku sebagai rocker. Biarkan masyarakat yang menilai dan memberi stempel pada kita.

Melihat kenyataan dunia musik rock Bumi Pertiwi sekarang ini kayaknya jauh merosot kalau dibandingkan dengan era-era tahun 70-80 an. Penggemar musik rock sejati rindu dengan hadirnya lagu-lagu macam; Baby Rock-SAS band, Musisinya-GodBless, atau gaya Brassbandnya Rollies, Rock Progresivenya Guruh Gipsy dll.


Dengan dibantunya teknologi dalam dunia musik, masa sih musisi-musisi sekarang gak bisa berkarya dengan kualitas yang lebih baik daripada para pendahulunya????, yang kadang berani tampil dipanggung tanpa dibekali efek-efek suara, benar-benar tampil seadanya tapi bisa menyuguhkan kualitas yang bikin penontonnya heboh!!! Coba dengar lagu "Huma di atas bukitnya" Godbless, bisa terdengar begitu indah walau, kalo gue bilang itu hasil rekamannya kayak direkam pake tape recorder biasa, dan sound system yang dipake kayaknya cuma alat pengeras suara biasa dan sederhana.

Ada apa dengan semua kenyataan itu????

SPIRIT ROCK-lah yang mesti digali (itulah jawabannya).