Discus adalah Progressive Rock band dari Indonesia yang dibentuk pada tahun 1996 oleh Iwan Hasan (vokal, gitar), Anto Praboe (flute, klarinet, saksofon) dan Fadhil Indra (perkusi). Discus memadukan unsur-unsur musik Jazz, Rock, Metal, Klasik, Kontemporer Avant Garde, Pop dan Etnik Indonesia (Bali, Jawa, Sunda, Makassar, Aceh dan Dayak).
Discus justru lebih bersinar di mancanegara daripada di negerinya sendiri, Indonesia. Bahkan pada awalnya Discus sempat tidak diterima disini baik oleh sebagaian masyarakat maupun industri musik.
Discus merupakan grup asal Indonesia yang meraih sukses secara internasional dengan diterimanya Discus oleh komunitas musik Progressive dunia, baik secara audio recording (album) maupun penampilan-penampilan panggungnya yang sanggup menghipnotis para fans Progressive dunia.
Pada tahun 1999 album perdana Discus berjudul “1st” dirilis oleh Mellow Records Italy dengan distribusi internasional. Di Indonesia dirilis oleh Mozaik Communications Music dan Chico & Ira Productions dengan distributor PT. Aquarius Musikindo. Album Discus "1st" beredar ke daratan Eropa dan Amerika dan mendapatkan respons yang sangat positif di segmen pasar Progressive Rock. Album Discus "1st" mendapat review yang sangat positif di berbagai majalah musik Progressive di Italia, Amerika, Jerman, Brazil dan Belgia. Majalah musik Progressive Belgia, Prog Resiste menempatkan Discus "1st" sebagai "Album Progressive kelima terbaik sedunia tahun 1999"
Majalah Rolling Stone versi Indonesia menyebut album pertama Discus, “1st”, sebagai salah satu dari "Album Jazz Terpenting" dalam sejarah Jazz Indonesia.
Oktober 2000 Discus tampil di ProgDay 2000 atas undangan Peter Renfro (Promotor Event Progressive), sebuah festival musik Progressive Rock Internasional di North Carolina, USA. Pada kesempatan tersebut, Discus juga tampil di Menlo Park, California, dalam konser tungggal Discus yang diselenggarakan majalah Expose serta tampil di Knitting Factory, New York City, USA. Editor majalah Progressive USA, Expose, menganggap Discus "1st" salah satu "Album Progressive terbaik sedunia tahun 1999"
Oktober 2000 Discus tampil di ProgDay 2000 atas undangan Peter Renfro (Promotor Event Progressive), sebuah festival musik Progressive Rock Internasional di North Carolina, USA. Pada kesempatan tersebut, Discus juga tampil di Menlo Park, California, dalam konser tungggal Discus yang diselenggarakan majalah Expose serta tampil di Knitting Factory, New York City, USA. Editor majalah Progressive USA, Expose, menganggap Discus "1st" salah satu "Album Progressive terbaik sedunia tahun 1999"
November 2000 Discus mendapat sukses besar dalam Progday 2000 Internet Poll, sebuah poll internet di USA mengenai penampilan terbaik di ProgDay 2000. Berdasarkan survey tersebut Discus mendapatkan voting sebagai "Band kedua terbaik" (terbaik jatuh ke Hoyry Kone dari Finlandia). Eko Partitur mendapat "Best Player untuk kategori pemain Miscellaneous Instruments” (Instrument diluar gitar, bass keyboard dan drum) dan Iwan Hasan mendapat "Gitaris kedua terbaik"
Februari 2001 Discus kembali diundang oleh promotor event Progressive terbesar di dunia saat itu; BAJAPROG 2001. Discus berkolaborasi dengan Maestro Gamelan Bali, I G Kompiang Raka. Tampil bersama dengan belasan grup Progressive bertaraf internasional dari berbagai negara Eropa & Amerika. Sekali lagi, dari Asia hanyalah Discus dari Indonesia yang diundang, setelah di PROGDAY 2000 pun hanya satu-satunya grup asal Asia yang diundang.
Ketika Discus tampil dan layer panggung dibuka, hysteria penonton membuat gedung hampir terasa bergoyang sebelum satu notpun dimainkan. Histeria dan standing ovations mewarnai closing lagu terakhir yang dibawakan saat itu (Anne), lagu yang mengawali awal persiapan proses pembuatan album kedua, Discus "…tot licht!". Selesai konser, personil Discus tidak dapat menghindari serbuan fans yang merangsek meminta tandatangan serta serbuan reporter TV dan radio. Hal yang belum pernah terjadi di tanah air.
November 2001 – Januari 2002 Discus melakukan proses rekaman album kedua setelah mengkonsepkan musik dan lirik yang menjanjikan konsistensi di jalur musik Progressive. Dilanjutkan dengan melakukan beberapa negosiasi penjualan oleh beberapa label internasional, di mana Intrepid Music bertindak sebagai label yang menangani produksi album kedua ini dengan judul DISCUS "…tot licht!"
Bulan Juni 2003 GOHAN Records dari Jepang sangat responsif dalam melakukan deal dengan DISCUS untuk melakukan penjualan DISCUS "…tot licht!" di kawasan Jepang. Di bulan Oktober 2003 PRS Records dan Indonesian Progressive Society melakukan peluncuran DISCUS "…tot licht!" untuk penjualan di wilayah Indonesia. Sementara untuk distribusi penjualan seluruh dunia (kecuali Jepang dan Indonesia) dipercayakan kepada label Progressive terbesar dunia MUSEA Records dari Perancis pada Desember 2003.
Edisi perdana majalah MTV Trax versi Indonesia menyebut Discus sebagai "Salah satu dari 25 musisi paling berpengaruh di Indonesia", sejajar dengan tokoh-tokoh seperi Titiek Puspa, Koes Plus, Dewa dan Indra Lesmana.
November 2001 – Januari 2002 Discus melakukan proses rekaman album kedua setelah mengkonsepkan musik dan lirik yang menjanjikan konsistensi di jalur musik Progressive. Dilanjutkan dengan melakukan beberapa negosiasi penjualan oleh beberapa label internasional, di mana Intrepid Music bertindak sebagai label yang menangani produksi album kedua ini dengan judul DISCUS "…tot licht!"
Bulan Juni 2003 GOHAN Records dari Jepang sangat responsif dalam melakukan deal dengan DISCUS untuk melakukan penjualan DISCUS "…tot licht!" di kawasan Jepang. Di bulan Oktober 2003 PRS Records dan Indonesian Progressive Society melakukan peluncuran DISCUS "…tot licht!" untuk penjualan di wilayah Indonesia. Sementara untuk distribusi penjualan seluruh dunia (kecuali Jepang dan Indonesia) dipercayakan kepada label Progressive terbesar dunia MUSEA Records dari Perancis pada Desember 2003.
Edisi perdana majalah MTV Trax versi Indonesia menyebut Discus sebagai "Salah satu dari 25 musisi paling berpengaruh di Indonesia", sejajar dengan tokoh-tokoh seperi Titiek Puspa, Koes Plus, Dewa dan Indra Lesmana.
Pada tahun 2004 Discus dianugerahi AMI Samsung Award 2004, lewat lagu masterpiece-nya "Anne" pada album Discus "…tot licht!" dan menjadi "The Best Progressive Rock Band 2004"
Pada tahun 2005 Discus melakukan tour Eropa dan tampil sebagai headliner di ProgSol 2005, Festival Progressive di Switzerland. Sekali lagi, Discus terkejut di panggung ketika penonton kompak menyanyikan intro lagu "System Manipulation". Setelah itu Discus melakukan konser di Jerman. Di Jerman, Discus disambut secara resmi oleh walikota Wurzburg, Marion Schaffer dalam sebuah upacara khusus menyambut Discus di Wurzburg Town Hall.
Website musik Jerman www.ragazzi-music.de yang memiliki hit rate sekitar 70,000 per bulan menulis bahwa Discus adalah contoh bagi dunia dimana pemeluk agama yang berbeda-beda dapat bersatu dalam damai bahkan menghasilkan karya musik luar biasa. Ditengah-tengah image buruk Indonesia di dunia internasional, hal ini menjadi sebuah prestasi tersendiri bagi insan Indonesia, yang tidak disadari oleh media maupun publik di tanah air.
Selama perjalanan karir, Discus telah kerap berkolaborasi dengan musisi lain dari berbagai style tersebut. Discus telah pernah berkolaborasi dengan musisi tradisional Betawi, Fadly (Padi), Krisna (Suckerhead), Ombat (Tengkorak), Andien, dan Andy Julias. Apabila tidak ada halangan, Discus berencana melanjutkan kolaborasi dengan berbagai musisi dari genre yang berbeda-beda (bahkan tampak bertolak belakang) ini dalam album ketiga Discus. Discus melakukan hal ini karena filosofi musiknya, yaitu bahwa "Semua musik pada dasarnya sama"
Pada tahun 2005 Discus melakukan tour Eropa dan tampil sebagai headliner di ProgSol 2005, Festival Progressive di Switzerland. Sekali lagi, Discus terkejut di panggung ketika penonton kompak menyanyikan intro lagu "System Manipulation". Setelah itu Discus melakukan konser di Jerman. Di Jerman, Discus disambut secara resmi oleh walikota Wurzburg, Marion Schaffer dalam sebuah upacara khusus menyambut Discus di Wurzburg Town Hall.
Website musik Jerman www.ragazzi-music.de yang memiliki hit rate sekitar 70,000 per bulan menulis bahwa Discus adalah contoh bagi dunia dimana pemeluk agama yang berbeda-beda dapat bersatu dalam damai bahkan menghasilkan karya musik luar biasa. Ditengah-tengah image buruk Indonesia di dunia internasional, hal ini menjadi sebuah prestasi tersendiri bagi insan Indonesia, yang tidak disadari oleh media maupun publik di tanah air.
Selama perjalanan karir, Discus telah kerap berkolaborasi dengan musisi lain dari berbagai style tersebut. Discus telah pernah berkolaborasi dengan musisi tradisional Betawi, Fadly (Padi), Krisna (Suckerhead), Ombat (Tengkorak), Andien, dan Andy Julias. Apabila tidak ada halangan, Discus berencana melanjutkan kolaborasi dengan berbagai musisi dari genre yang berbeda-beda (bahkan tampak bertolak belakang) ini dalam album ketiga Discus. Discus melakukan hal ini karena filosofi musiknya, yaitu bahwa "Semua musik pada dasarnya sama"
Anggota :
- Iwan Hasan - Vokal, Gitar
- Kiki Caloh - Bass
- Krisna Prameswara - Keyboard
- Anto Praboe - Flute, Klarinet, Saksofon
- Eko Partitur - Biola
- Fadhil Indra - Perkusi
- Nonie 'Cindy' Manuputty - Perkusi
- Hayunaji Iyoen - Drum
Diskografi :
- 1st (1999)
- ...Tot Licht! (2003)
Songs / Tracks Listing
1. System Manipulation (9:20)
2. "Breathe" (8:34)
3. P.E.S.A.N. (5:32)
4. Verso Kartini - door duisternis tot licht! (12:18)
5. Music 4.5 Players (7:40)
6. Anne (19:23)
Bonus track for Japan only
7. Misfortune Lunatic (6:09)
Total Time: 68:56
Lyrics 2. "Breathe" (8:34)
3. P.E.S.A.N. (5:32)
4. Verso Kartini - door duisternis tot licht! (12:18)
5. Music 4.5 Players (7:40)
6. Anne (19:23)
Bonus track for Japan only
7. Misfortune Lunatic (6:09)
Total Time: 68:56
Search DISCUS ... tot licht lyrics
Music tabs (tablatures) Search DISCUS ... tot licht tabs
Line-up / Musicians - Anto Praboe / lead vocals, suling (Bali, Sunda & Toraja), flute, clarinet, bass clarinet, Tenor saxophone
- Eko Partitur / lead vocals, violin
- Fadhil Indra / lead vocals, keyboards, electronic percussion, gongs, rindik, kempli, gender
- Hayunaji / vocals, drums, kempli
- Iwan Hasan / lead vocals, electric & classical guitars, 21 strings harpguitar, keyboards, guitalele & strummer violin
- Kiki Caloh / lead vocals, bass
- Krisna Prameswara / vocals, keyboards
- Nonnie / lead vocals
Additional Musicians:
- Andy Julias / acoustic steel string guitar on "P.E.S.A.N."
- Ombat Nasution of Tengkorak Growls on "Breathe"
- Godfried L. Tobing / Classical choir vocals on "Misfortune Lunatic"
- Eko Partitur / lead vocals, violin
- Fadhil Indra / lead vocals, keyboards, electronic percussion, gongs, rindik, kempli, gender
- Hayunaji / vocals, drums, kempli
- Iwan Hasan / lead vocals, electric & classical guitars, 21 strings harpguitar, keyboards, guitalele & strummer violin
- Kiki Caloh / lead vocals, bass
- Krisna Prameswara / vocals, keyboards
- Nonnie / lead vocals
Additional Musicians:
- Andy Julias / acoustic steel string guitar on "P.E.S.A.N."
- Ombat Nasution of Tengkorak Growls on "Breathe"
- Godfried L. Tobing / Classical choir vocals on "Misfortune Lunatic"